Thursday, March 14, 2013

Filled Under:

Mengelola Keuangan Ala Rasulullah

Ada seorang pria yang sedang berjalan di padang pasir, tiba-tiba dia mendengar suara dari langit yang mengatakan:
“Airilah kebun si Fulan!” Kemudian dia lihat ada awan yang berjalan menuju tempat tertentu, lalu awan itu menumpahkan airnya (air hujan) di sebuah areal tanah yang penuh dengan batu hitam. Di sana ada sebuah aliran air yang menampung air tersebut.
Pria itu terus mengikuti kemana air itu mengalir. Tiba-tiba dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di kebunnya sambil mendorong air itu dengan penyodoknya ke dalam kebunnya. Dia berkata: “Hai hamba Allah! siapa nama Anda?” Dijawab oleh pemilik kebun itu: “Namaku Fulan.” Persis seperti nama yang didengar dari arah awan tadi. Pemilik kebun itu balik bertanya: “Hai hamba Allah! mengapa Anda menanyakan nama saya?”
Dijawabnya: “Aku telah mendengar suara di awan yang menurunkan air ini, suara itu mengatakan, ‘Airilah kebun si Fulan’ dan dia menyebutkan namamu. Apa sebenarnya yang Anda perbuat dengan kebun ini?”
Pemilik kebun itu menjawab: “Kalau itu yang Anda katakan, maka ketahuilah, sesungguhnya aku perhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini. Lalu sepertiga aku sedekahkan, sepertiganya lagi aku makan bersama keluargaku dan sepertiga yang terakhir aku kembalikan lagi ke kebun untuk ditanam.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Aku jadikan sepertiganya sebagai sedekah untuk orang-orang miskin, para pengemis dan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan)”.( HR. Muslim 4/2288 No. 2984 dan Ahmad 2/296.)
Tidak mungkin Rasulullah bercerita seperti diatas, jika tidak ada ibrah/hikmah yang bisa diambil dan dipelajari. Banyak poin2 dan inspirasi yang sangat mengena dan mendasar bagi para pelaku bisnis, dari hadits yg sangat simple ini. Subhanallah.. Allahumma shalli wa salim ala Muhammad.
Penulis jg pernah mendengar kisah, ada seorang tukang bakso yg bertekad untuk naik haji. Setiap pelanggan membayar bakso, dibaginya uang pelanggan tersebut pada 3 kotak terpisah. kotak pertama untuk membeli bahan2 bakso, kotak kedua untuk nafkah keluarga beserta zakat, sedekah, kotak ketiga adalah tabungan haji. Subhanallah.
kembali ke hadits diatas, inspirasi nya adalah dalam mengatur keuangan yang sederhana dan powerful!
Pembagian keuangan pada hadits tersebut tentu saja ketika omzet atau total income dikurangi beban2 perusahaan seperti gaji karyawan, sewa lahan, penyusutan, budget marketing, budget training, dll. atau kalau untuk karyawan, ketika gaji telah dikurangi pajak, ongkos bensin, dll. Kemudian ketemu net-profit. Nah net-profit inilah yang kita pecah menjadi bagian yang masing2 sepertiga.

Sepertiga pertama adalah untuk sedekah

Penulis sendiri diajarkan oleh gurunya, Robbyantono untuk me-wakaf-kan sebagian saham perusahaan. Alhamdulillah, semua perusahaan penulis dari yg IT, hingga www.plasaemas.com telah mengikuti langkah gurunya.
Tidak lupa untuk wakaf produktif, misalkan wakaf untuk gerobak mie ayam yg kemudian disewa oleh tukang mie ayam (tentu saja dengan biaya sewa yg murah) dan hasil sewa nya baru, kemudian full di sedekahkan.. dana wakaf yang misalnya 3jt, bisa disulap jadi sedekah 100rb tiap bulan (setelah sebagian disisihkan untuk bisa bikin gerobak baru lagi), dan bisa seumur hidup.. sekaligus membuat lapangan pekerjaan untuk tukang mie ayam... menarik bukan :)
Contoh wakaf produktif lain adalah ke kucing. penulis melakukannya ke PrabuCats uang wakaf 10jt, menghasilkan sedekah 500rb tiap bulan. lebih powerful! cukup untuk menyekolahkan gratis anak2 yg tidak mampu. Bandingkan jika kita langsung men-sedekah-kan uang 10jt begitu saja, tentunya dalam beberapa hal, wakaf produktif menjadi lebih baik :)
Jatah sepertiga untuk sedekah ini (atau 33,33%) setidaknya 10% digunakan untuk wakaf (sukur2 bisa lebih :) ). tapi sebisa mungkin memilih wakaf yang produktif. dan 3,33%-nya untuk zakat (supaya angka nya genap). Sisanya 20% dilarikan kemana? Jangan buru2 kepikiran lembaga ZIS ya.. lihat dulu sekeliling kita :)
Inget lho, sedekah yang paling utama adalah untuk orang2 terdekat kita. Dalam hal ini adalah tetangga dan juga kerabat (saudara). Bersyukurlah kalau ada tetangga yg ketok pintu rumah kita untuk minta sedekah atau berhutang, karena kita tidak perlu capek lagi menyalurkan dana :)
Bantu kerabat yang terlilit hutang. tentu saja kerabat harus membayar kembali ke kita, tapi tanpa bunga ya. Ibaratnya mereka dipinjamkan sama dana "umat". nah setelah dikembalikan ke kita, bantu lagi deh tetangga/kerabat yang berhutang. Jadi semacam dana abadi umat versi kecil.
Kalau sudah tidak ada tetangga/kerabat yg membutuhkan bagaimana? Alhamdulillah, bisa salurkan ke yg produktif. misalkan bikinkan majlis talim di lingkungan kita, atau pinjaman lunak buat pedagang2 gerobak yg mau membayarkan gerobak sewa nya yg milik majikan, dll. kalau duit nya masih sisa banyak? bisa juga beli ambulan gratis, perpustakaan gratis lengkap dgn internet, dll.. banyak pokoknya :)
Lalu bagaimana jika kita sendiri yg punya hutang? misalkan di masa lalu pernah mengalami kebangkrutan besar, meninggalkan banyak hutang. Nah, si 20% ini jg bisa kok untuk bayar hutang masa lalu kita yg "nyangkut". karena membayar hutang itu hukumnya wajib. Dan bisa menjadi sebab penghalang masuk surga. nah lho! asal bukan buat bayar cicilan mobil, rumah, TV, HP ya. Atau bisa jadi kita butuh duit mendadak, misalkan anak sakit butuh biaya perawatan, atau ada tagihan perusahaan belum terbayar, no problemo.. dana ini juga bisa kita pinjam sementara. tapi ya nanti tetap dikembalikan. Asik kan jadinya punya dana "cadangan" :)
Pasti asik kan berpetualang dengan dunia wakaf dan sedekah.. Udah ganjarannya berlipat (hingga 700 kali lipat), juga bikin hati tenang. Apalagi jika dilakukan berjamaah.
Gimana kalau kita mulai bulan ini? hari ini? sisihkan sepertiga income bersih untuk urusan zakat, sedekah, wakaf.. setuju?

Sepertiga kedua adalah untuk nafkah keluarga

Sepertinya yang ini ga usah dijelasin dan diajarin, ya habiskan deh jatah yg sepertiga ini. Buat makan, biaya pendidikan, pakaian, cicil rumah, cicil mobil, gadget, dll.
Apa yg menarik dari hal ini? bahwa hadits ini secara tak langsung membolehkan kita untuk membeli pakaian yg bagus, kendaraan yg bagus, rumah yg besar, dll. asalkan proporsi ya hanya sepertiga saja.
Jadi jangan keburu sewot ya klo tetangga misalnya beli mobil, yg menurut kita harganya mahal. langsung kita dengki, bahkan ajak orang lain untuk ikut mendengki. naudzubillah. Padahal yg beli mobil itu sudah mengeluarkan sepertiga sebelumnya yg untuk sedekah :) Bukankah kuda (baca:kendaraan) Rasulullah adalah kuda terbaik? pakaian yg dikenakan Abdurrahman bin Auf juga pakaian yg mahal harganya?
Misalkan anda memilih hidup sederhana, zuhud, itu memang hak anda, dan itu sangat bagus... Tapi memaksa orang lain untuk menjadi seperti anda, dan mencemoohnya, itu tidaklah bijak. Apakah jaman dulu ada yang berani mencemooh gaya perlente nya Abdurrahman bin Auf?
Yuk daripada sibuk mengukur orang lain, lebih baik fokus untuk memberikan sepertiga kita untuk sedekah dulu. belajar dan belajar.

Sepertiga yang ketiga adalah untuk ditanam kembali (investasi)

"Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari)
So, sudah jelas ya syarat untuk untung, hari ini harus lebih baik dari kemarin. Artinya selalu tumbuh berkembang (growth). Apa yg sudah kita lakukan untuk terus berkembang? apa yg sudah kita tanam? yg sudah kita investasikan?
Lucunya sebagian besar kita (termasuk penulis tentunya) berharap hari ini lebih baik dari kemarin. Tapi tidak melakukan apa2 yg lebih, tidak meng-investasikan apa2, tidak menanam apa2. Hanya sebatas harapan semu aja, dan terus berharap, hingga usia memakan kita :)
Lucunya lagi, ketika awal2 bisnis, kita meng-"investasi"-kan 12 jam waktu kita dalam sehari, full untuk bisnis. Tapi ketika bisnis menjadi sedikit mapan, kita malah mengurangi "investasi" waktu kita tsb. Bahkan tak jarang meninggalkan bisnis kita seminggu lebih, untuk jalan2 ke luar negeri misalnya. Sebuah penurunan?
Lucunya lagi, bertahun2 berbisnis, tapi aset bisnis ga berkembang. profit pun stagnan, bahkan cenderung turun karena persaingan. Boro2 buka cabang, untuk mempertahankan yg ada dari kebangkrutan aja udah susah banget.
Hoi!! katanya hari ini harus lebih baik dari kemarin! yuk bangkit, walau cuma maju dengan satu langkah kecil. misalkan coba sebarin brosur di lampu merah. Ya apa aja, yg penting ikhtiar harus lebih baik. Sisihkan sebagian keuntungan untuk budget marketing, iklan, branding dsb.. supaya pasar hari esok bisa lebih baik dari hari ini. Buat training, pelatihan untuk karyawan, juga create sistem rekrutmen yg mantap. supaya tim hari esok bisa lebih baik dari hari ini.
Jangan lupa anggarkan untuk tim riset development, supaya dapat terobosan baru untuk produk, sales dan lain2. supaya omzet hari esok lebih baik dari hari ini. Contoh simple adalah bisnis penulis www.plasaemas.com, aset emas bulan depan harus lebih banyak dari bulan ini. wajib dipaksakan, walaupun ibaratnya cuma tambah 1gram emas saja. Tapi tetap, ditargetkan tinggi.. misalkan aset bertambah 500gram setiap bulan. (amin kan ya..) Di segala lini, harus ada growth. sesuai hadits pada artikel penulis sebelumnya. China aja pertumbuhannya 9% per tahun, masa pertumbuhan individual kita atau perusahaan kita lebih rendah dari suatu negara. Tul gak :)
Nah, sekarang kita bicara individu, misalkan profesi kita pegawai/karyawan. Sepertiga jatah yg ini bisa digunakan untuk modal bisnis, investasi di bisnis teman, invest di saham, emas batangan atau dinar emas (belinya di plasaemas.com ya hehe), atau invest di properti yg menghasilkan (misalkan ruko, kontrakan petak, dll).
Kalau kita tidak menyisihkan sepertiga yang ini, jangan berharap ada peningkatan penghasilan.. jangan berharap kalau hari esok akan lebih baik.

Kesimpulan

Secara teori memang mudah.
Buat yg income nya ngerasa masih kurang, pasti ngeluh "Lha kalau sudah punya penghasilan 50jt/bulan sih enak bagi2nya. Ini income gw cuma 3jt/bulan, gimana bagi2nya?!"
Semua mulai dari hal kecil kok :)
Maaf bukan maksud menggurui, toh masih banyak yg penghasilannya dibawah 1jt/bulan, tapi masih bisa hidup.
Setelah dikurangi bensin, transport, dll, katakanlah sisa 2,7jt. Nah ya sudah, 900rb saja yang dihabiskan untuk keluarga. kurangi gaya hidup, untuk masa depan lebih baik. Iinsya Allah bisa cukup.. tapi akhirnya kembali jg ke kita, mau jadi lebih baik atau tidak :)

Buat yg income besar pun juga susah, dan berasa kurang :) (yang punya gaji diatas 40jt/bulan pasti ngangguk2 hehe)
karena gaya hidup pasti mengikuti.. cari rumah yg cicilan nya 10jt/bulan, mobil yg cicilannya 10jt/bulan, jatah untuk makan di resto aja bisa 5jt/bulan. jatah liburan? ga mungkin ke Ragunan kan yg cuma bayar 3ribu perak hehehe.. Nah susah juga kan bagi2nya hehehe...
Jadi ga ada excuse mau penghasilan besar atau kecil, intinya kembali ke kedisiplinan kita.

Percaya deh, nanti merasakan nikmat yg luar biasa karena 2 hal..
1. Karena kenikmatan yg datang setelah kita menunda banyak kesenangan
2. Karena kenikmatan yg datang setelah apa2 yg kita tanam..
itu kenikmatan luar biasa, ketika sekali mencoba, dijamin nagih!

Yuk kita coba, untuk hari esok yang lebih baik..

salam
@adzan
adzan101.blogspot.com
Disalin dari:

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2011 TDA Balikpapan | Didukung oleh Web Hosting Balikpapan
Designed by Templateism