Wednesday, March 13, 2013

Filled Under:

Rantai Gajah – Pengalaman dan Tips Membuangnya

Rantai Gajah itu apa sih La? Pertanyaan itu sering muncul akhir-akhir ini akibat dari seringnya aku nyetatus tentang perjalanan meniti hari melepas Rantai Gajah yang aku punya. YA, sejak mengikuti pelatihan “Wanna be Trainer” 2 minggu lalu  aku bertekad untuk perlahan tapi pasti akan melepaskan Rantai Gajah yang aku miliki.
Kisah rantai gajah itu begini, konon ada seekor gajah yang kakinya diikat dengan rantai baja kuat. Selama berhari-hari dia berusaha kabur tapi kemudian terjerembab karena rantai di kakinya. Awalnya dia masih meronta dan terus ingin kabur, tapi karena berkali-kali terjerembab dan jatuh, akhirnya ketika suatu hari sang pemilik gajah mengganti rantai gajah itu dengan seutas tali longgar pun si gajah yang malang itu tak mau kabur. Karena dalam pikirannya sudah melekat sebuah persepsi “kalau dia mencoba kabur, dia akan terjerembab lagi”.
Nah, dalam kehidupan kita pun terkadang ada persepsi/pola pikir yang terbentuk dari kebiasaan kita yang sudah terbentuk lama yang membuat kita susah untuk berubah atau menemukan pola pikir baru. Rantai gajah inilah yang biasanya menghalangi kita untuk maju.
Lalu bagaimana caranya melepas rantai gajah ini? Tahap awal adalah menggali & mengenali rantai gajah yang kita miliki. Caranya adalah dengan menuliskannya. Cari waktu yang cukup lapang untuk duduk bersantai, kemudian tuliskan maksimal 5 hal yang membuat Anda sulit untuk maju. Hal ini adalah persepsi (apa yang Anda rasa/pikir) bukan semata-mata fisik. Tapi jika fisik tersebut ternyata betul-betul yang membelenggu kita, maka kita bisa tuliskan.
Dalam kasusku, aku punya 4 rantai gajah utama yaitu: selalu merasa kurang waktu, nggak PD karena terlalu gemuk, pelupa, dan takut sok tahu. Kemudian mintalah seseorang untuk membantu Anda menggali apa akibat jika Anda tidak mau melepas Rantai Gajah yang Anda punya. Dalam pelatihan kemarin, aku berpasangan dengan Weni. Weni kemudian menggaliku dengan pertanyaan “lalu apa yang terjadi? Jadi misalnya seperti ini:
Weni: Apa rantai gajahmu?
Lala: Selalu merasa kurang waktu
Weni: Apa yang terjadi kalau kurang waktu?
Lala: Banyak pekerjaan yang tidak selesai
Weni: Apa yang terjadi kalau banyak pekerjaan yang tidak selesai?
Lala: Hidupku bisa berantakan
Weni: Apa yang terjadi kalau hidupmu berantakan?
Lala: Aku kehilangan prioritas
Weni: Apa yang terjadi kalau kamu kehilangan prioritas?
Lala: Hidupku tidak optimal
Weni: Apa yang terjadi kalau hidupmu tidak optimal?
Lala: Hidupku berantakan
*hayaaah mbunded… hahaha. Tapi ya memang itu tujuannya. Begitu kita tak sanggup lagi menjawab pertanyaan, atau jawabannya sudah muter-muter di situ-situ saja berarti itulah yang akan terjadi. => Kejadian buruk inilah yang jadi pemicu/motivasi kita untuk melepas rantai gajah yang kita punya. Dalam kasusku, aku TAK MAU hidupku berantakan karena aku tak pandai mengatur waktu. Maka berarti aku harus bisa melepaskan rantai gajah “tak pandai mengatur waktu”.
Caranya bagaimana? Tentu saja dengan efisiensi waktu yang aku punya. Dari pak Jamil aku tiba-tiba seperti tersadar bahwa ternyata porsi tidur kita itu 1/3 hari (8 jam). Jadi kalau kita bisa mengambil separo saja dari porsi tidur itu dan menggantinya dengan tidur Teta, maka kita akan punya tambahan 4 jam sehari.
Dari proses ini, muncullah muncul komitmen pribadiku untuk membuang satu rantai gajahku alias membuat waktuku lebih efektif. Komitmen itu adalah membuat kebiasaan-kebiasaan baru.
Nah, kebiasaan baru yang ingin aku buat untuk diriku adalah tidur cepat maksimal jam 11-12 dan bangun cepat jam 4. Mungkin buat sebagian besar orang hal itu “biasa” tapi tidak  buatku. Sejak kuliah di Teknik Arsitektur sekian belas tahun yang lalu, aku jadi terbiasa ngalong + ngopi (entah berapa cangkir sehari).
Pak Jamil Azzaini bilang, kalau kebiasaan baru dilakukan secara rutin selama 90 hari, maka hasilnya akan jadi kebiasaan. Untuk menambah asupan tidur, pak Jamil mengajarkan kita untuk tidur Teta, tidur sesaat (sekitar 20 menit) kalau bisa dalam posisi separo duduk agar tidak terlalu pulas.
Setelah mencoba kebiasaan baru ini, ternyata aku merasa cocok. Minggu pertama tentu saja berat, tapi begitu lewat seminggu pertama, badanku mulai terbiasa. Tanpa weker pun aku sudah mulai menggeliat di sekitar jam 4. Masih belum pas jam 4 sih, tapi sudah mulai geser lah yang penting. Namanya juga proses.
Doakan supaya aku betul-betul konsisten menjalaninya hingga hari ke 90 dan memampukanku mengolah waktu lebih baik lagi.
Photo Rantai Gajah (c) A Little alldrift.com
Disalin dari: http://rumahinspirasi.com/rantai-gajah-pengalaman-dan-tips

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2011 TDA Balikpapan | Didukung oleh Web Hosting Balikpapan
Designed by Templateism