Rantai Gajah itu apa sih La? Pertanyaan itu sering muncul akhir-akhir
ini akibat dari seringnya aku nyetatus tentang perjalanan meniti hari
melepas Rantai Gajah yang aku punya. YA, sejak mengikuti pelatihan “Wanna be Trainer” 2 minggu lalu aku bertekad untuk perlahan tapi pasti akan melepaskan Rantai Gajah yang aku miliki.
Kisah rantai gajah itu begini, konon ada seekor gajah yang kakinya
diikat dengan rantai baja kuat. Selama berhari-hari dia berusaha kabur
tapi kemudian terjerembab karena rantai di kakinya. Awalnya dia masih
meronta dan terus ingin kabur, tapi karena berkali-kali terjerembab dan
jatuh, akhirnya ketika suatu hari sang pemilik gajah mengganti rantai
gajah itu dengan seutas tali longgar pun si gajah yang malang itu tak
mau kabur. Karena dalam pikirannya sudah melekat sebuah persepsi “kalau
dia mencoba kabur, dia akan terjerembab lagi”.
Nah, dalam kehidupan kita pun terkadang ada persepsi/pola pikir yang
terbentuk dari kebiasaan kita yang sudah terbentuk lama yang membuat
kita susah untuk berubah atau menemukan pola pikir baru. Rantai gajah
inilah yang biasanya menghalangi kita untuk maju.
Lalu bagaimana caranya melepas rantai gajah ini? Tahap awal adalah
menggali & mengenali rantai gajah yang kita miliki. Caranya adalah
dengan menuliskannya. Cari waktu yang cukup lapang untuk duduk
bersantai, kemudian tuliskan maksimal 5 hal yang membuat Anda sulit
untuk maju. Hal ini adalah persepsi (apa yang Anda rasa/pikir) bukan
semata-mata fisik. Tapi jika fisik tersebut ternyata betul-betul yang
membelenggu kita, maka kita bisa tuliskan.
Dalam kasusku, aku punya 4 rantai gajah utama yaitu: selalu merasa
kurang waktu, nggak PD karena terlalu gemuk, pelupa, dan takut sok tahu.
Kemudian mintalah seseorang untuk membantu Anda menggali apa akibat
jika Anda tidak mau melepas Rantai Gajah yang Anda punya. Dalam
pelatihan kemarin, aku berpasangan dengan Weni. Weni kemudian menggaliku
dengan pertanyaan “lalu apa yang terjadi? Jadi misalnya seperti ini:
Weni: Apa rantai gajahmu?
Lala: Selalu merasa kurang waktu
Weni: Apa yang terjadi kalau kurang waktu?
Lala: Banyak pekerjaan yang tidak selesai
Weni: Apa yang terjadi kalau banyak pekerjaan yang tidak selesai?
Lala: Hidupku bisa berantakan
Weni: Apa yang terjadi kalau hidupmu berantakan?
Lala: Aku kehilangan prioritas
Weni: Apa yang terjadi kalau kamu kehilangan prioritas?
Lala: Hidupku tidak optimal
Weni: Apa yang terjadi kalau hidupmu tidak optimal?
Lala: Hidupku berantakan
*hayaaah mbunded… hahaha. Tapi ya memang itu tujuannya. Begitu kita
tak sanggup lagi menjawab pertanyaan, atau jawabannya sudah muter-muter
di situ-situ saja berarti itulah yang akan terjadi. => Kejadian buruk
inilah yang jadi pemicu/motivasi kita untuk melepas rantai gajah yang
kita punya. Dalam kasusku, aku TAK MAU hidupku berantakan karena aku tak
pandai mengatur waktu. Maka berarti aku harus bisa melepaskan rantai
gajah “tak pandai mengatur waktu”.
Caranya bagaimana? Tentu saja dengan efisiensi waktu yang aku punya.
Dari pak Jamil aku tiba-tiba seperti tersadar bahwa ternyata porsi tidur
kita itu 1/3 hari (8 jam). Jadi kalau kita bisa mengambil separo saja
dari porsi tidur itu dan menggantinya dengan tidur Teta, maka kita akan
punya tambahan 4 jam sehari.
Dari proses ini, muncullah muncul komitmen pribadiku untuk membuang
satu rantai gajahku alias membuat waktuku lebih efektif. Komitmen itu
adalah membuat kebiasaan-kebiasaan baru.
Nah, kebiasaan baru yang ingin aku buat untuk diriku adalah tidur
cepat maksimal jam 11-12 dan bangun cepat jam 4. Mungkin buat sebagian
besar orang hal itu “biasa” tapi tidak buatku. Sejak kuliah di Teknik
Arsitektur sekian belas tahun yang lalu, aku jadi terbiasa ngalong +
ngopi (entah berapa cangkir sehari).
Pak Jamil Azzaini bilang, kalau kebiasaan baru dilakukan secara rutin
selama 90 hari, maka hasilnya akan jadi kebiasaan. Untuk menambah
asupan tidur, pak Jamil mengajarkan kita untuk tidur Teta, tidur sesaat
(sekitar 20 menit) kalau bisa dalam posisi separo duduk agar tidak
terlalu pulas.
Setelah mencoba kebiasaan baru ini, ternyata aku merasa cocok. Minggu
pertama tentu saja berat, tapi begitu lewat seminggu pertama, badanku
mulai terbiasa. Tanpa weker pun aku sudah mulai menggeliat di sekitar
jam 4. Masih belum pas jam 4 sih, tapi sudah mulai geser lah yang
penting. Namanya juga proses.
Doakan supaya aku betul-betul konsisten menjalaninya hingga hari ke 90 dan memampukanku mengolah waktu lebih baik lagi.
Photo Rantai Gajah (c) A Little alldrift.com
Disalin dari: http://rumahinspirasi.com/rantai-gajah-pengalaman-dan-tips
Wednesday, March 13, 2013
Filled Under:
Motivasi
Rantai Gajah – Pengalaman dan Tips Membuangnya
Posted By: TDA Balikpapan
- 10:36 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Artikel Populer
-
Pernahkah Anda kecewa dengan karyawan yang baru masuk di perusahaan Anda? Pada saat interview ia begitu mengagumkan, tapi setelah bekerja...
-
“9 dari 10 pintu rizki ummatku ada diperdagangan” (Sabda Rasululloh Muhammad SAW) Mulailah dengan mengerjakan apa yang perlu ; lalu k...
-
BALIKPAPAN - Berbagai kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha, mulai dari permodalan, kesulitan membuat dan menyusun laporan keuangan ...
-
@TDABalikpapan
-
TDA di Facebook
-
Kategori
Copyright © 2011 TDA Balikpapan | Didukung oleh Web Hosting Balikpapan
Designed by Templateism
0 comments:
Post a Comment